ALAT PERINGATAN BATAS LAUT UNTUK NELAYAN BUATAN MAHASISWA UGM

Upgrade INFORMASI Terkini - Salah satu penyebab nelayan kita memasuki wilayah laut negara tetangga adalah ketiadaan informasi batas wilayah. Di laut, memang sulit mengetahui perbatasan wilayah antar negara secara akurat, karena batas bersifat imajiner alias maya. Akibatnya, banyak terjadi kasus pelanggaran perbatasan oleh Nelayan.

I Made Sapta Hadi (Sapta), Mahasiswa Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) menemukan ide membuat perangkat yahg mampu memberi peringatan jika kapal sudah dekat garis perbatasan. Gagasan Sapta adalah nelayan perlu dibekali perangkat yang dapat memberi ‘warning’ terhadap potensi pelanggaran batas maritim.

Komponen utama Swates terdiri dari alarm dan global positioning system (GPS). Sapta cs menggunakan pemograman bahasa C untuk mengkoneksikan GPS dan Alarm.

Informasi koordinat dari GPS dibaca dan diolah oleh program, output dialirkan ke Alarm. Secara praktis, misalnya, Alarm akan berbunyi pada posisi tertentu sebelum melawati batas maritim. Pengguna bisa mengatur sendiri offset-nya, yaitu jarak tertentu terhadap garis perbatasan. Adapun informasi batas maritim (sebagai baseline) menggunakan titik koordinat batas maritim sesuai dokumen resmi perjanjian perbatasan Indonesia dengan negara tetangga.

Karena menggunakan GPS, Swates dapat digunakan di seluruh wilayah, terutama di laut. Koneksi GPS dengan sinyal satelit selalu bagus selama tidak terhalang oleh objek material, seperti pohon dan gedung. Swates memiliki dimensi 15 x 15 x 8 sentimeter, sehingga mudah dibawa. Untuk sumber daya, cukup menggunakan adaptor atau aki. Biaya pembuatan Swates masih tergolong tinggi, yaitu sekitar Rp500 ribu rupiah. Namun menurut Sapta, biaya tersebut masih dapat ditekan jika diproduksi secara massal. Sapta optimis harga jual Swates dapat terjangkau nelayan.

0 Response to "ALAT PERINGATAN BATAS LAUT UNTUK NELAYAN BUATAN MAHASISWA UGM"

Post a Comment